Tak perlu meratapi sepi. Bukankah kita hakikatnya seorang diri. Saat datang dan kelak pergi dari dunia ini. Tak kan ada yang menemani. Tak seorang pun, meski ia adalah orang yang mengaku paling mencintai. Tetap saja akan kita temui sunyi. Di sudut gelap dan sempit, di alam kubur nanti.
Sepi. Sendiri. Adalah spasi saat melewati hari-hari, yang bergulir dalam kesibukan tiada henti. Sebuah jarak yang memberi kesempatan, untuk memasuki perenungan yang dalam. Lihatlah dirimu. Apa yang telah kau kumpulkan? Bekal apa yang siap engkau bawa, untuk perjalanan panjang yang akan kau jalani. Seorang diri.
Bayangkanlah perjalanan itu. Seolah tiada akhirnya. Engkau tak tahu ujungnya di mana. Kapan akan tiba. Bayangkan bekal seperti apa yang cukup untuk kau bawa serta. Ingatlah, tak akan ada yang sudi berbagi bekal untukmu di perjalanan nanti.
Kita datang seorang diri, kembali pun tak ada yang menemani. Tak ada teman setia, tak ada kasih ibu yang tiada penghujungnya, tak ada bentuk cinta apa pun yang sanggup mengorbankan diri demi menemani. Semua berbatas. Pada akhirnya, semua akan meninggalkan. Kecuali amal kebajikan, yang sesempatnya kita kumpulkan, jauh sebelum meregang nyawa.
Di liang lahat, sempit dan gelap itu. Di sanalah kehidupan fana kita berakhir. Sanggupkah? Sanggupkah kita menghuninya sendirian? Tanpa amal kebaikan sebagai penawar kesunyian? Ya, hanya amal shalih yang akan bertahan. Hanya ia yang kelak menjadi teman. Hanya ia yang tak meninggalkan. Duhai, apa yang telah diri ini lakukan? Apa sajakah kelak yang akan menjadi teman...???
“Yang mengikuti mayit sampai ke kubur ada tiga, dua akan kembali dan satu tetap bersamanya di kubur. Yang mengikutinya adalah keluarga, harta dan amalnya. Yang kembali adalah keluarga dan hartanya. Sedangkan yang tetap bersamanya di kubur adalah amalnya.”
(HR. Bukhari, no. 6514; Muslim, no. 2960)
Wahai insan, tidakkah kau mengasihani dirimu? Dengan mengumpulkan banyak teman sejak saat ini. Sebab tak ada yang tahu, saat engkau terlelap di malam hari, apakah esok hari jiwamu masih tertahan di dalam raga, ataukah ia bersiap menuju alam yang abadi...
Watampone, menjelang akhir Februari.