tazkiyatun nafs

Ikhlas = Jalan Kemudahan

September 20, 2013



Bismillah....
Terinspirasi dari seorang teman, yang menuliskan kalimat ini di tangannya, entah redaksinya persis sama atau tidak, yang jelas intinya demikian. Supaya nggak cepat lupa, dalihnya. Ya, kita memang tahu bahwa ikhlas itu harus, bahwa tanpanya seluruh amalan akan sia-sia, tapi ia begitu mudah luput dari kesadaran.


Ikhlas. Satu kata yang begitu ringan dilafazkan. Seperti kata-kata baik lainnya yang memang selalu lebih mudah berdiam di ujung lidah, yang andai dimaknai dan diamalkan dengan benar , sungguh ia memberi efek luar biasa bagi jiwa.

esai

Anakmu adalah anakmu

September 20, 2013



Anakmu adalah anakmu dan tetap akan menjadi anakmu. Dia tetaplah anakmu meski musim berubah, keinginan berbeda, lalu jarak dan waktu memisah.
               
Anakmu adalah anakmu…bagaimanapun dia atau dirimu sendiri. Ia telah ada dengan perantaraan dirimu. Dalam tubuhnya mengalir darah yang sama. Sebagian dari dirimu mewujud dalam dirinya.
                
Anakmu tetap akan menjadi anakmu: meski engkau tak mengakui atau orang lain yang menolak pengakuanmu. Ia tetap manusia yang menjadi tanggung jawabmu.
                Adalah kewajibanmu untuk memastikan segala kebaikan baginya, dalam segala hal.
                Ya, dia adalah tanggung jawabmu. Engkaulah manusia yang paling bertanggung jawab atasnya di muka bumi ini hingga di penghujung zaman, dan ketika dunia tin
ggal masa lalu….
                Engkau bertanggung jawab atasnya. Atas kebahagiaannya, atas keselamatannya, atas kebebasannya, atas pemenuhan hak-haknya.  

               
 Anakmu adalah anakmu…tapi dia bukan milikmu, karena tiap jiwa adalah milikNya semata, tak ada yang menemaniNya dalam hak kepemilikan. Dia adalah titipanNya padamu, yang memiliki hak-haknya di atas pundakmu, seperti dia: yang memanggul hak-hakmu di kedua bahunya.

esai

Hitam-Putih

September 20, 2013


Ada yang mengatakan hitam itu adalah hitam, putih juga tetap sama. Tapi ada yang juga berkata jika hitam itu hakikatnya putih, sebaliknya putih hakikatnya hitam. Ada juga yang berpendapat: hitam dan putih tidak berdiri sendiri, keduanya telah 'sepakat' mewujud dalam satu warna: abu-abu.
Tak ada yang salah pada 'hitam' dan 'putih' itu. Mereka tetap dalam warnanya masing-masing. Kacamata orang yang melihatnyalah yang seringkali keliru. Sehingga terkadang hitam dan putih 'bertukar posisi' dalam pandangannya. Atau jika kebenaran itu tak terlihat baginya, ia pun memutuskan bahwa segalanya telah menjadi kabur: itulah wilayah abu-abu yang kadang-kadang tak bisa dipertanggungjawabkan.

Seumpama itulah kebenaran. Setidaknya bagiku, jika yang lain pun tidak sepakat dengan perumpamaan itu. Hari ini, kebenaran seringkali teraniaya karena dituding sebagai suatu kesalahan. Benar dan salah lebih banyak ditentukan oleh kebebasan berpikir yang tak memiliki batas atau nilai-nilai suci yang membatasi liarnya. Benar dan salah tak banyak didasarkan pada alat ukur yang paling shahih, melainkan lebih sering diserahkan pada keinginan kebanyakan orang yang sekedar memperturutkan hawa nafsu semata.

esai

Apa yang lebih pahit dari dosa..?

September 20, 2013

Apa yang lebih pahit dari dosa...?

Ketika kau tahu itu dosa tapi tetap saja menerjangnya karena satu atau bahkan tanpa alasan, mungkin iseng...lalu keisengan itu lambat laun akan menjadi candu. Sejatinya ia sampah bahkan noda, tapi kau tak sanggup berhenti karena merasa butuh. Padahal sebagian ia rupanya hanya pengalih untuk dukamu juga amarahmu yang tak kau obati dengan benar. Kebanyakan obat memang pahit, dan kau memilih racun berperisa manis.

Apa yang lebih getir dari taubat...?

Taubat yang terus berulang, bukan dengan kesungguhan atau juga kekhawatiran bahwa permohonan dan pengakuan tak cukup diajukan sekali untuk bisa didengarkan. Tapi karena penambal kesalahan itu sudah robek berulang kali. Slide kesalahan yang sama hingga membosankan. Terlalu naif. Berulangkali terjatuh di lubang yang sama...






Popular Posts

Total Tayangan Halaman