fikrah

Peran Kebaikan

Januari 16, 2023


Kawan, pernahkah sejenak engkau menepi, menjauh dari pusaran rutinitas, yang bagai roda berputar tiada henti, menggilas diri dari pagi hingga petang hari... 

Pernahkah...? Lalu engkau berkaca, membaca usia yang tak bertambah muda, perlahan merayapi senja hingga tak terasa. 

Dan... di usia yang telah melewati puluhan purnama, terpikirkah tentang tujuan kita berada di dunia, mengapa kita tercipta, apa peran sesungguhnya sebagai manusia...? 

Naif rasanya, jika hidup dihabiskan sebatas untuk manfaat diri. Makan, minum, bekerja, beribadah sendiri, shalih sendiri, lalu...mati. Terlalu kecil peran kemanusiaan yang kita ambil. Tidakkah tergerak, untuk berbagi manfaat...? Tidakkah terpikir, untuk mengambil peran kebaikan, mencegah kemungkaran agar ia tak semakin merajalela. Menyelamatkan generasi muda dengan perbaikan fikrah dan iman, agar tak semakin jauh mereka terseret arus penyimpangan... 
... 
Beberapa dekade silam, seorang biarawati dikenal dan diliput media seantero dunia karena sikap humanisnya, 'melayani' kaum marginal hingga usia tua. Diantara perkataannya yang terkenal, ia melakukan itu karena jika mati yang ada hanya istirahat, tak ada kesibukan dan kelelahan lagi. 

Namun beberapa menit lalu saya terkejut menemukan fakta, sosok tersebut mendapatkan banyak komentar yang kontra, diantaranya: membiarkan orang-orang yang ia rawat tanpa pengobatan memadai, namun ia sendiri dirawat lalu meninggal di ruangan dengan fasilitas pengobatan canggih, wallahu a'lam. 

Terlepas dari pro-kontra di balik inspirasi kehidupan sang biarawati, ada pelajaran yang bisa kita petik dari sana. Jika saja mereka yang meyakini bahwa setelah kematian hanya ada istirahat, mati-matian melakukan apa saja yang ia anggap kebaikan, bagaimana dengan kita...? 

Ya, bukankah kita mengimani, mati bukanlah akhir, tapi di sanalah perjalanan kehidupan abadi dimulai. Di sanalah kelak akan dituai, segala balasan atas setiap amal,  baik dan buruk. 

Sekarang, bertanyalah pada diri, apa yang telah kita lakukan...? 
... 
Ummu Dzaakirah, di sudut bumi Arung Palakka. 

Ruang Kosong

Januari 11, 2023

Bismillah... Hari ini, seperti biasa, mengajar di kelas sesuai jadwalnya. Namun sejenak aku tercenung menatap seorang anak di hadapanku tadi. Sesaat sebelum ia menyetorkan hafalan. Kurasakan ada yang tampak berbeda. Matanya lebih sayu, tubuhnya semakin ringkih. Padahal, dulu pertama kali aku melihatnya, ia adalah gadis kecil yang cantik, lincah dan ceria, maa syaa Allah. Seorang gadis kecil korban perceraian, yang tak lagi menetap bersama salah satu dari kedua orangtuanya. Hanya tinggal bersama kerabat dekatnya yang lain. Tapi, sedekat apapun itu, jauh di hati terdalam seorang anak, ia butuh lebih dekat dengan orang yang seharusnya paling menyayanginya, tak ada yang sanggup menggantikan posisi seorang ayah dan ibu, bukan? Kekosongan itu tak akan terisi dengan sosok apapun, sosok pengganti hanya berada di sisi yang lain. 
(Bersambung....) 

Popular Posts

Total Tayangan Halaman