Miris hati saat membaca fakta, seorang suami yang awalnya dianggap hilang ternyata ditemukan dalam kondisi yang jauh dari dugaan, tak sesuai harapan. Netizen sebagian besar menyalahkan, ada juga yang masih membela dan berpesan agar jangan sampai terlalu jauh jatuh dalam ghibah. Yang lain pun mengingatkan akan kebaikan-kebaikan sebelumnya. "Janganlah bagai kemarau panjang dihapus hujan sehari" Kira-kira demikian simpulannya. Dan tak sedikit yang masih mencaci juga menyesalkan.
Benar, bahwa kita tak patut menghakimi lebih dari hakim yang sebenarnya, yang lebih berwenang. Benar, bahwa kita tak baik menghina dan mengumpat terlalu keras. Benar, bahwa kita bahkan tak boleh membicarakan keburukan sesorang bagai mengunyah makanan yang paling renyah. Benar, bahwa kita pun harus mengingat kebaikan-kebaikan seseorang, tak lantas lupa 'hanya' karena satu kesalahan. Benar, bahwa setiap orang memiliki ujian, setiap orang berpeluang terjatuh dalam kesalahan.
Tulisan ini tak ingin menghakimi seseorang atau dua orang yang tak disebutkan namanya, yang kasusnya hanyalah seupil dari banyak fenomena serupa. Tulisan ini hanya sepenggal dari banyak bahasan sama, yang sama-sama ingin mengingatkan. Juga, sedang mengingatkan si pemilik tulisan dan siapa saja yang berkenan. Hanya ingin berkata, "jangan buka pintu".
Ya. Tutuplah rapat-rapat, pintu-pintu yang membuka segala peluang kemaksiatan. Zina dan yang mengantarkan pada perbuatan tersebut, tidaklah terjadi serta merta. Ada pintu-pintu yang sedang terbuka, yang tak segera diwaspadai, tak segera dikunci. Pintu-pintu yang menjadi jalan bagi setan untuk memperdayai. Tipu daya mereka halus tak terasa bagi yang tak peka, indah di mata mereka yang tak mengetahui, biasa bagi siapapun yang meremehkan. Tipu daya yang pelan-pelan menjerumuskan hingga ke jurang terdalam.
Tutup dan jauhilah segala pintu itu. Allah dan Rasul-Nya telah banyak memberi pertanda dan peringatan. Dan kunci utama yang menggembok pintu-pintu itu ada pada mata. Bukankah Allah telah memerintahkan, pada kaum laki-laki dan wanita yang beriman, untuk menundukkan pandangan...?
Ya, gadhul bashar (menundukkan pandangan), mengunci peluang keburukan itu. Agar tak ada khayalan yang liar, tak ada angan-angan yang melalaikan, tak tersirat keinginan-keinginan yang melampaui batasan. Tundukkan pandangan, untuk menjaga kesucian diri dan hati, hingga setan tak lagi berkesempatan membisikkan tipu daya menyesatkan.
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat”.
(An Nur: 30)
"Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…..”
(An Nur: 31)
Kunci-kunci lainnya, sebagian besar terutama bagi kaum wanita diantaranya:
Menutup aurat
“…..dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa tampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya….” (QS. An-Nur [24]: 31)
Menghindari perkataan mendayu/merayu
"….maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik.” (QS. Al-Ahzab [33]: 32)
Menghindari khalwat/berduaan
“Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia bersendirian dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.” (HR. Ahmad).
Jangan buka pintu, yang mengantarkan pada kelalaian lalu kemaksiatan dan akhirnya penyesalan bahkan siksaan. Patuhilah Rabb-mu, yang Maha Mengetahui dan lebih mengetahui hakikatmu sebagai ciptaan-Nya. Jangan melanggar rambu-rambu dan peringatan-Nya, agar kita tak celaka. Tundukkanlah pandangan dari yang diharamkan melihatnya, entah di dunia nyata juga dunia maya. Jaga pergaulan dan jangan terlalu mudah berinteraksi dengan lawan jenis, entah di dunia nyata juga dunia maya. Wallahu a'lam bishshawab.
Ummu Dzaakirah, di sudut kota Arung Palakka.
#writing_is_healing