Setiap insan pasti merasa saat perpisahan terakhirDunia yang fana akan ditinggalkanHanya amalan yang dibawaTerdengar sayup surah dibaca
Sayunya alunan suara (cemas di dada)Cemas di dada lemah tak bermayaTerbuka hijab di depan mataSelamat tinggal pada semuaBerpisah kita selamanya
Kita tak sama nasib di sanaBaikkah atau sebaliknyaAmalan dan takwaJadi bekalanSejahtera bahagia pulang ke sana ...
Nasyid "Pergi Tak Kembali" dari grup Rabbani, yang di-cover oleh seorang munsyid lain membawaku merenung. Nasyid dengan mode vocal-only itu sarat lirik yang sendu tentang perpisahan jiwa dan raga seorang insan, juga perpisahan selamanya dengan kawan dan orang-orang terkasih, dengan dunia.
Kupandangi anak dan suami yang tertidur, melow seketika. Kelak, diri ini akan berpisah dengan mereka. Sulit membayangkan, berat rasanya, seorang diri menghadap pada Sang Khaliq, meninggalkan semuanya, meninggalkan siapapun, mereka tak mungkin turut serta.
Ah ya Rabb... Mengapa rasa memiliki ini masih begitu kuat? Tak ingin meninggalkan atau ditinggalkan. Bukankah mereka hanyalah titipan? Yang Engkau berhak mengambilnya kapan saja. Laa hawlaa wa laa quwwata illaa billaah...
Rupanya hati ini masih harus banyak berlatih dan berusaha kuat dan ikhlas. Berlatih dan berusaha untuk ridha atas apapun takdir yang Engkau tetapkan. Allah... Mudahkanlah....
*Sudut bumi Arung Palakka yang terlelap