Bismillah...
Baru kali ini kurasakan gejala maag yang cukup berat. Sangat tidak nyaman dan rasanya hampir mau pingsan. Biasanya hanya gejala yang ringan jika sesekali menunda makan. Ya Allah, kapok. Begitu akan menyuap makanan, lidah pun ingin menolak. Sudah terlanjur tak nyaman. Begini rupanya yang dialami penderita maag parah. Kepala sakit, mual, pusing, juga rasa sakit di perut yang rasanya tembus ke bagian punggung.
Keesokan harinya, jadwal pretest PPG Daljab di SMA Negeri 1 Watampone bersama seorang rekan ngajar. Mengantisipasi maag yang mungkin sewaktu-waktu akan kambuh saat ujian, kusiapkan minuman dan cemilan. Berharap gejala maag hebat kemarin tidak mengganggu di tengah-tengah pretest.
Beberapa hari kemudian, pusing mual tetap intens meski tak lagi menunda makan. Aku memutuskan untuk tes. Benar saja, rupanya yang tengah kualami bukanlah gejala maag biasa, tapi ada amanah yang tengah kukandung. Janin yang tengah berdiam di rahim itu dirimu nak, Thufail sayang. Qadarullah pusing mual pun tak berhenti hingga engkau terlahir. Di hari-hari pertama, setiap makan harus berganti menu karena sulit menelan makanan yang sama.
Menjelang kelahiranmu juga ada sedikit drama. Biasanya setiap USG, kondisimu baik-baik saja. Hingga di USG terakhir sebelum bersalin, dokter bilang ketubannya kurang. Saat itu bahkan dokter menyarankanku segera ke RS karena resiko KPD (Ketuban Pecah Dini). Tapi aku masih meminta mungkin masih bisa diusahakan persalinan alami tanpa harus induksi dll. Dokternya membolehkan dengan PR minum hingga 5 liter/hari serta secarik kertas rujukan RS untuk antisipasi. Kapan saja ada flek atau kondisi yang dirasa tak biasa, tengah malam pun ke RS katanya.
Hingga tiba-tiba di suatu malam. Ada rembesan yang terasa hangat dan semakin banyak. Aku panik dan berusaha tenang, berpikir secepat mungkin apa yang harus kubawa ke RS, tapi tetap saja semuanya tidak kepikiran, Saat itu fokusku hanya satu, bagaimana agar tiba sesegera mungkin di RS.
Air ketuban membanjir, tapi tak ada rasa sakit. Hingga akhirnya diberi cairan induksi, itupun responnya sangat lambat. Lalu rasa sakit mulai intens hampir tak berjeda. Engkau akhirnya terlahir sebelum subuh, 7 Maret 2024, setelah melewati rangkaian kontraksi hebat dan rasa sakit yang tak bisa dijelaskan.
Qadarullah, Thufail-ku sayang. Engkau tak lama dalam dekapan kami. Hadirmu yang menambah kebahagiaan rupanya Allah takdirkan sebentar saja di dunia. Tak berapa lama kemudian, kondisimu kurang baik. Tiga kali keluar masuk RS Tenriawaru Bone, 1 bulan lebih di RS Wahidin Makassar, 2 hari di ruang PICU yang terasa asing bagi kita, engkau pun berpulang di hari Jumat, 4 Oktober 2024 pukul 12.20 nak. Ada banyak airmata, kini pun masih ada, tapi Pemilikmu lebih berhak atas dirimu nak. Engkau hanya titipan di sisi kami. Dari Allah engkau datang, kepada-Nya engkau kembali, begitupun kami yang engkau tinggalkan, kelak juga akan kembali entah kapan. Masing-masing diri sejatinya hanya bergilir menanti, dan kepergianmu semakin menyadarkan kami perihal tempat kembali sesungguhnya.
***
24 Desember 2024. Setelah melewati proses pembelajaran mandiri di PMM dan mengikuti tes, admin kampus kuliah PPG merilis hasil tes. Sebagian besar lulus termasuk aku. Mungkin yang tidak lulus sebabnya tugas yang tidak tuntas atau tidak bisa diakses oleh penguji. Meski sempat mengundurkan diri pada admin sambil menyampaikan kondisi saat itu, sedang mendampingi anak di RS. Kukirimkan foto Thufail rahimahullah yang tengah dipasangi alat.Adminnya memberi kemudahan dan mengirimkan link yang bisa diakses di waktu luang.
Alhamdulillah alaa kulli haal. Segalanya berjalan sesuai ketentuan Allah. Segala yang datang dan yang pergi. Dan... sebesar apapun dunia yang datang dihadapanku Nak, tak ada yang melebihi kenginan ummi, bertemu denganmu di depan pintu surga. Ya, Thufail sayang... Engkau dan surga adalah keinginan ummi yang paling tinggi.