aksi nyata

Mengenal dan Memahami Pendidikan Inklusif

Oktober 26, 2024

    

   

Pinterest

by: A.Sri Suryani Musrah

Setiap individu berhak mendapatkan akses pendidikan yang sama, tapi lihatlah sekeliling kita, saat sebagian anak mengikuti pembelajaran di sekolah, di sisi lain ada anak-anak seusianya yang kurang beruntung. Anak-anak tersebut berada pada situasi dan aktivitas yang berbeda, tak tersentuh pendidikan. Entah karena faktor ekonomi, entah karena cacat pada fisik yang menghambat gerak untuk bisa beraktivitas di ruang-ruang kelas. 

Pendidikan adalah amanat UUD RI, kewajiban bagi negara untuk memberikan pendidikan bagi semua anak tanpa diskriminasi. Hal inilah yang menjadi dasar hadirnya pendidikan inklusif. 

Apa itu Pendidikan Inklusif?

Pendidikan Inklusif adalah suatu pendekatan pendidikan yang memastikan bahwa semua anak menerima pendidikan yang relevan dengan mengakomodasi keberagaman mereka, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.

Tujuan pendidikan inklusi adalah memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik dengan beragam latar belakang dan kondisi untuk memeroleh pendidikan sesuai kebutuhannya.

Prinsip Pendidikan Inklusif

  1. Hak untuk belajar. Setiap anak memiliki hak mendasar untuk mendapatkan pendidikan tanpa diskriminasi.
  2. Keberagaman sebagai kekuatan. Setiap peserta didik membawa keunikan dan potensi yang dapat menjadi kekuatan untuk meningkatkan lingkungan belajar.
  3. Keterbukaan dan akses. Pendidikan inklusif memastikan aksesibilitas dan keterbukaan bagi semua peserta didik.
  4. Pendekatan Individual. Prinsip ini mengakui bahwa setiap peserta didik memiliki kebutuhan dan gaya belajar yang berbeda.
  5. Partisipasi dan kolaborasi. Pendidikan inklusif menekankan partisipasi aktif peserta didik dalam proses pembelajaran.Kolaborasi antara guru, peserta didik dan orangtua dianggap sebagai kunci untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif.
  6. Penghapusan diskriminasi. Prinsip ini mengecam segala bentuk diskriminasi dan upaya untuk menghapusnya dari lingkungan pendidikan.
  7. Pemahaman dan keterlibatan masyarakat. Pendidikan inklusif melibatkan masyarakat secara luas untuk menciptakan dukungan yang lebih besar.
  8. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan. Prinsip ini menekankan pentingnya evaluasi terus-menerus terhadap pendekatan inklusif.

Manajemen Pembelajaran Inklusif

    Manajemen pembelajaran inklusif dalam konteks pendidikan inklusif melibatkan serangkaian strategi dan pendekatan yang dirancang untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung semua peserta didik.

Sistem Dukungan Pendidikan Inklusif

1.    Peran Pemerintah

    Pemerintah memiliki tanggung jawab untuk menyediakan akomodasi yang layak di bidang pendidikan, menyediakan sarana dan prasarana, menyediakan pendidik dan tenaga kependidikan, menyusun kurikulum, menyediakan fasilitas yang memadai serta meningkatkan kompetensi guru terkait pendidikan inklusif.

2.    Peran Masyarakat

  • memberikan kontribusi bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif
  • memperluas akses pendidikan dan pekerjaan bagi peserta didik berkebutuhan khusus
  • membangun dan mengembangkan kesadaran akan hak anak untuk memperoleh pendidikan

3.    Peran Orang Tua

        Terlibat dan berperan aktif sebagai anggota tim PPI (Program Pendidikan Individual) yang menentukan jalur peserta didik. Orangtua juga dapat mendukung kebijakan sekolah.

4.    Peran Satuan Pendidikan

  • Kepala satuan pendidikan: merupakan prediktor penting keberhasilan dalam menerapkan perubahan, meningkatkan layanan, atau menetapkan kebijakan pelaksanaan akomodasi yang layak.
  • Guru pembimbing khusus dan guru umum: keterlibatan dan kolaborasi keduanya sangat penting untuk keberhasilan akomodasi yang layak.
  • Teman Sebaya: teman sebaya menjadi hal yang paling berkontribusi bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusif bagi semua peserta didik.


emosional

Pembelajaran Sosial Emosional: Mengapa Penting?

Oktober 26, 2024

by Pinterest
Pict: Pinterest
by: A.Sri Suryani Musrah

Salah satu paradigma baru di dunia pendidikan yang dikembangkan saat ini adalah pendekatan pembelajaran sosial-emosional (PSE). Sisi yang tak banyak mendapat ruang di kelas-kelas selama ini namun sangat besar dampaknya bagi kemajuan pendidikan. Yap, agenda pembelajaran yang padat dan menitikberatkan pada ketercapaian tujuan pembelajaran pada sisi kognisi, kerap menyampingkan domain afeksi dan emosi. Alhasil, perilaku bermasalah atau hambatan belajar yang muncul akibat pengelolaan emosi yang kurang baik seringkali tidak dapat diantisipasi. 

Beragam masalah bermunculan di lingkungan sekolah yang notabenenya merupakan institusi  pembentukan nilai-nilai moral. Stres belajar, konflik siswa-guru, tawuran, perundungan, hingga kasus yang paling ekstrim seperti bunuh diri, seolah semakin menjadi. Tidak berhenti hanya pada peserta didik, berita-berita negatif juga sering didapati pada sosok pendidik. Akhir-akhir ini kita diresahkan oleh berbagai kasus pelecehan guru kepada muridnya. Pada kasus yang lain ditemukan ada sosok guru yang stres lalu bunuh diri. Sungguh ironi.

Bak oase di tengah gurun, di situasi ini hadirlah konsep pembelajaran sosial-emosional (PSE). Penerapan pembelajaran ini diharapkan bukan hanya sebagai respon atas krisis yang terjadi, tapi lebih jauh lagi, PSE dapat meningkatkan resiliensi dan memudahkan tercapainya peningkatan prestasi serta kesejahteraan psikologis di lingkup pendidikan. Pendidik maupun peserta didik penting untuk memiliki keterampilan sosial emosional. Keterampilan ini memungkinkan seseorang bisa bertahan di situasi sulit, serta mampu menemukan solusi saat menghadapi tantangan.

Berbagai penelitian menunjukkan pentingnya pembelajaran sosial-emosional. Salah satu penelitian menunjukkan fakta bahwa, intervensi PSE secara signifikan meningkatkan keterampilan, sikap, perilaku, keamanan sekolah hingga prestasi akademik.

anak surga

Sepotong Hati yang Telah Pergi

Oktober 25, 2024



Thufail sayang, apa kabarmu Nak? Aku tahu keadaanmu sekarang jauh lebih baik, tapi tak tahu sebaik apa. Aku tahu sekarang engkau pasti bahagia, tanpa rasa sakit, tak ada kesedihan, tapi tak tahu sebahagia apa. Tidak begitu penting pengetahuan ummi yang terbatas, meski dalam ketidaktahuan itu kerap terselip sesak dan rindu yang teramat sangat, tapi bukankah janji Allah itu pasti dan benar. Diantaranya, bahwa engkau adalah satu dari sekian jentik-jentik di surga. Seumpama jentik-jentik ikan di dalam air, yang tak bisa keluar darinya, yang bergerak bebas kian kemari di dalamnya, begitulah kelak...tak ada yang bisa menahan gerakmu yang kian kemari di dalam surga, tak ada yang akan mencegah apalagi melarangmu. Sungguh, kabar itu menjadi pelipur 😊hati yang terus merindukanmu Nak. 

Khalid Al Abasi yang bercerita tentang anaknya yang wafat, beliau bertanya pada Abu Hurairah radhiyallahu 'anha, "Wahai Abu Hurairah, tidaklah engkau mendengar dari Nabi sesuatu yang menenangkan jiwa kami atas kematian (anak-anak kami)?" Abu Hurairah berkata, "Aku mendengar Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 'Bayi-bayi kalian kelak menjadi jentik-jentik di surga." (HR. Muslim).

Thufail sayang, maafkan ummi...yang mungkin banyak lalai dan kurangnya saat merawatmu selama di dunia. Tapi tak ada tempat untuk berandai-andai, sebab segala titik koma perjalanan hidupmu di dunia telah tertulis rapi di Lauhul Mahfuzh, kitab yang mencatat segala takdir kita, tintanya telah mengering, tak akan basah oleh airmata. Segala yang berlalu, tak ada skenario lain yang bisa mengubahnya. Bukankah sakit hanya salah satu sebab diantara sebab-sebab yang ada, hanya salah satu jalan diantara jalan-jalan yang tersedia. Ada yang berpulang sebab sakitnya, ada yang berpulang sebab musibah, ada yang berpulang tiba-tiba (seolah tanpa sebab). Tapi dibalik itu semua, ada batas yang telah Allah tetapkan bagi setiap jiwa. Tidak bertambah karena kesehatan, tidak juga berkurang karena sakit yang menimpa. 

Thufail sayang, kehilanganmu adalah pengalaman pertama kehilangan orang terdekat bagi ummi, hati ummi begitu diuji, karena kau begitu dekat nak, dekat bagai nadi. Sungguh berat, namun Allah ringankan dengan pertolongan dan kekuatan dari-Nya, dengan nash-nash dan sirah salafus salih, keutamaan berpulangnya anak sebelum baligh, ketegaran dan kesabaran pendahulu dalam menerima takdir serupa... Sungguh ummi malu berkaca pada keimanan Rumaysho radhiyallahu 'anha atau Umar bin 'abdul Aziz rahimahullah. Pantaslah para salaf menjadi teladan, iman mereka bukan kaleng-kaleng, Nak. Jiwa mereka begitu baja. 

Anakku sayang, sungguh ummi menyayangimu, sungguh ummi mencintaimu, rasanya tak akan ada yang ummi percaya akan lebih besar sayang dan cintanya kepadamu selain diri ini, tapi...kalam Allah jauh lebih benar dari persangkaan ummi, Nak. Allah Maha Penyayang kepada seorang hamba, melebihi kasih sayang ibu yang paling penyayang kepada anaknya. 

“Sungguh Allah lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya daripada ibu ini kepada anaknya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
                                  ***

Thufail, penyejuk mata dan hati kami... 
Engkau hanyalah titipan di tengah-tengah kami. Tak sehelai rambut pun pada dirimu yang menjadi milik kami. Allah yang menghendaki hadirmu, mengizinkanmu beberapa saat bersama kami, juga Dia-lah yang berkehendak engkau kembali pada-Nya. 

Thufail anakku, inginnya Ummi, kau terus bersama kami. Ingin menimangmu lebih lama, mengalunkan surah berulang-ulang hingga lelap tidurmu seperti biasa, ingin menyaksikan tumbuh kembangmu di bawah asuhan kami hingga kelak dewasa, mendengar kata pertamamu, menyaksikan langkah kaki pertamamu, senyummu, tawamu, semuanya Nak. Tapi, Allah berkehendak lain. Dunia bukanlah tempat mewujudkan semua keinginan. Hanya di surga kelak nak, segala harap....Allah kabulkan. 

Anakku, bersama kepergianmu, turut terbawa potongan hati ini. Entah sebesar apa, tapi kini terasa, kebahagiaan selamanya tak lagi utuh di dunia ini. Tapi bukankah sudah semestinya demikian? Tidak seharusnya hati merasakan bahagia yang paripurna di dunia, sebab bahagia sejatinya kelak di sana, di dalam jannah. Hingga, jiwa seorang mukmin selalu tertaut pada negeri akhirat, tempat melepas segala penat. 
                               ***

“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Al Hadid: 22-23)

“Allah mencatat takdir setiap makhluk 50.000 tahun sebelum penciptaan langit dan bumi.”
(HR.Muslim no.2653) 

“Sesungguhnya awal yang Allah ciptakan (setelah ‘arsy, air dan angin) adalah qolam (pena), kemudian Allah berfirman, “Tulislah”. Pena berkata, “Apa yang harus aku tulis”. Allah berfirman, “Tulislah takdir berbagai kejadian dan yang terjadi selamanya” (HR.Tirmidzi, no. 2155) 

Note: Dalil-dalil dirangkum dari berbagai sumber. 

Popular Posts

Total Tayangan Halaman