Pernahkah...? Lalu engkau berkaca, membaca usia yang tak bertambah muda, perlahan merayapi senja hingga tak terasa.
Dan... di usia yang telah melewati puluhan purnama, terpikirkah tentang tujuan kita berada di dunia, mengapa kita tercipta, apa peran sesungguhnya sebagai manusia...?
Naif rasanya, jika hidup dihabiskan sebatas untuk manfaat diri. Makan, minum, bekerja, beribadah sendiri, shalih sendiri, lalu...mati. Terlalu kecil peran kemanusiaan yang kita ambil. Tidakkah tergerak, untuk berbagi manfaat...? Tidakkah terpikir, untuk mengambil peran kebaikan, mencegah kemungkaran agar ia tak semakin merajalela. Menyelamatkan generasi muda dengan perbaikan fikrah dan iman, agar tak semakin jauh mereka terseret arus penyimpangan...
...
Beberapa dekade silam, seorang biarawati dikenal dan diliput media seantero dunia karena sikap humanisnya, 'melayani' kaum marginal hingga usia tua. Diantara perkataannya yang terkenal, ia melakukan itu karena jika mati yang ada hanya istirahat, tak ada kesibukan dan kelelahan lagi.
Namun beberapa menit lalu saya terkejut menemukan fakta, sosok tersebut mendapatkan banyak komentar yang kontra, diantaranya: membiarkan orang-orang yang ia rawat tanpa pengobatan memadai, namun ia sendiri dirawat lalu meninggal di ruangan dengan fasilitas pengobatan canggih, wallahu a'lam.
Terlepas dari pro-kontra di balik inspirasi kehidupan sang biarawati, ada pelajaran yang bisa kita petik dari sana. Jika saja mereka yang meyakini bahwa setelah kematian hanya ada istirahat, mati-matian melakukan apa saja yang ia anggap kebaikan, bagaimana dengan kita...?
Ya, bukankah kita mengimani, mati bukanlah akhir, tapi di sanalah perjalanan kehidupan abadi dimulai. Di sanalah kelak akan dituai, segala balasan atas setiap amal, baik dan buruk.
Sekarang, bertanyalah pada diri, apa yang telah kita lakukan...?
...
Ummu Dzaakirah, di sudut bumi Arung Palakka.