The Power of Forgiveness

Maret 03, 2017



Alkisah, ada seorang bocah yang hidupnya dikelilingi oleh ketakutan, kesedihan mendalam, kecurigaan, dendam dan kebencian. Bayangkan bagaimana ia hidup dalam lingkaran itu? Ia akhirnya sulit percaya pada orang lain, diliputi oleh rasa bersalah, marah pada diri dan orang-orang di sekitarnya, selalu mereka-reka kemungkinan sisi terburuk seseorang, dan... lain-lain sejenisnya. Miris bukan?

Apa yang salah? Unforgiveness. Ketiadaan pemaafan. Ia dibesarkan dengan tudingan dan pelimpahan kesalahan, orang-orang di dekatnya banyak menuntut, menuduh dan menyalahkan. Mereka sulit memaafkan, maka belajarlah si bocah bagaimana memelihara dendam sekaligus penyesalan yang tak berkesudahan. Proses belajar yang tak pernah ia sengaja namun kuat terpatri di jiwanya. Lihatlah, mudah bukan mencipta kebencian? Hujanilah seseorang dengan sesalan, makian dan hinaan. Tutup pintu maaf baginya, jangan mau dengarkan suara hatinya, maka meski engkau mengklaim bahwa itu ditujukan untuk kebaikan dirinya, akan lebih mudah seseorang tersebut memilih benci kepadamu.

Forgiveness. Tema yang akhirnya saya pilih sebagai tugas terakhir yang disebut skripsi 😍 setelah bertualang dengan banyak tema yang sama sekali berbeda, memberiku banyak pemahaman baru. Sejatinya ini bukan topik yang baru, bahkan terlalu sering saya (dan Anda) membaca dan menyimaknya dalam kajian-kajian Islami. Lalu apa yang saya dapatkan pada literatur ilmiah tersebut? Banyak, dan semua atau sebagian besarnya menguatkan apa yang telah dijelaskan pada nash-nash Al-Qur'an dan As-Sunnah. 

Maaf. Itu kata kunci untuk menemukan ketenangan hati bagi siapapun yang diliputi amarah. Memaafkan orang lain, jika marah itu pada seseorang. Memaafkan diri sendiri, jika amarah ditujukan pada diri. Forgiveness to other dan Self forgiveness, dua tema yang berbeda dalam pemaafan yang sama-sama penting. Seorang ahli meretas lagi tipe pemaafan pada orang lain. Emotional forgiveness dan decisional forgiveness. Apa bedanya? Jika engkau hanya sekadar (memutuskan) memaafkan seseorang tapi berkata, "Aku memaafkannya, tapi tak bisa melupakan kesalahannya," maka itu tipe decisional forgiveness. Jika engkau memaafkan seseorang tanpa syarat dan tak ada lagi yang berbekas di hatimu, maka itulah emotional forgiveness (bersambung)

Watampone, 040317
#gagalfokuslagi
#arahtulisanmeleset

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Total Tayangan Halaman