Musafir Di Bawah Pohon

November 12, 2017



pixabay.com


Alkisah, suatu waktu para musafir melakukan perjalanan jauh. Di tengah perjalanan yang panjang dan melelahkan itu, mereka temui pepohonan yang rindang. Maka berhentilah sejenak sang musafir, berteduh dari terik matahari, melepas lelah di bawah pohon. 

Perjalanan masih panjang, jarak yang hendak ditempuh begitu jauh dan mereka berburu dengan waktu. Sebagian tetap mawas diri, tidak sampai terlelap dalam tidur panjang yang nyenyak. Namun sebagian yang lain lupa bahwa mereka hanya akan tinggal sementara, berlaku seolah akan menetap di situ. Ada yang membuat bangunan indah di bawah pohon tersebut, lupa jika esok hari mereka akan meninggalkannya, tak mungkin membawanya serta. 

Begitulah perumpamaan dunia. Bagai sebuah pohon, tempat kita berteduh sejenak di siang hari yang panas, sebelum melanjutkan perjalanan yang masih panjang. Lalu sikap manusia berbeda-beda terhadapnya, ada yang menyadari tujuan perjalanannya, ada yang terlupa dan mengira akan tinggal selamanya. 

Lihatlah bagaimana dunia memperdaya umat manusia, membuat lupa akan hakikat dirinya, hingga mengubah orientasi hidupnya. Beberapa dari kita, kala mencecap sedikit saja dari nikmatnya yang fana, segera terlena dan jatuh hati padanya, lalu berambisi mengejar satu demi satu madu yang ditawarkannya.

Sebagian dari kita, pengetahuannya tak lebih dari dunia yang dihuninya sementara, tentang bagaimana melangsungkan kehidupan, mencari penghasilan untuk makan dan memperbanyak warisan. Pengetahuannya, serta ilmu yang didalaminya, hanya sebatas fenomena dunia. Lalu lupa, atau sedikit sekali mengetahui tentang negeri abadi yang akan ia temui. 

Sebagian dari kita, ada pula golongan yang teramat merugi. Mereka, yang dahulunya kerap mengingatkan manusia akan hakikat kehidupan, mengajarkan ilmu agama diantara ilmu-ilmu dunia yang diketahuinya, tetiba menghilang nyaris tak berjejak. Kemana mereka? Apa yang merubahnya? Apa yang dikejarnya? 

Sungguh dunia... Madu lahiriahnya, Racun hakikatnya.

"Yaa Muqallibal Qulub, tsabbit qalbi 'alaa diinik...."

***

"Apa peduliku dengan dunia ini? Perumpamaan diriku di dunia ini bagaikan seorang pengembara yang beristirahat sejenak di bawah pohon, untuk kemudian beranjak lagi meninggalkannya."

(HR. At-Tirmidzi & Ibnu Majah)


Watampone, Berharap Istiqomah dan Husnul Khatimah.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Total Tayangan Halaman