Di Bawah KetetapanNya
November 09, 2017
Perputaran hari terus berjalan, tak satu pun bagiannya yang mampu kita tahan. Berawal dari fajar yang mengantar damainya pagi, lalu siang, lalu senja temaram yang berujung pada pekatnya malam. Tiap-tiap kita berjalan di atas garis yang telah Ia tetapkan, bertumbuh di antara banyak asa dan keinginan. Dan diantara keinginan sebagian manusia adalah menggenapkan separuh diin-nya, menemukan seseorang yang akan bersamanya hingga tua bahkan hingga ke surga. Maka siapa yang tak berbahagia, kala menerima pinangan oleh calon imamnya. Berharap akan membangun keluarga baru yang tak biasa, karena tak bersebab semata oleh cinta yang fana, tapi ia adalah cita-cita mulia yang dibangun diatas tuntunan agama.
Sebutlah semua perumpamaan yang mampu mewakili perasaannya, mereka yang hatinya berbunga menjelang hari bahagia. Mereka yang menanti hari H dengan hati berdebar dan bayangan akan meriahnya perayaan cinta sah sepasang manusia. Mengalir ucapan selamat serta doa-doa dari kawan dan kerabat seluruhnya. Siapa yang tak berbahagia?
Tapi tak ada yang mampu menahan takdirNya walau sesaat, tak ada yang mampu mencegah apalagi menahan kehendak Sang Pencipta. Meski tak suka, atau buruk dalam pandangan manusia, ketetapanNya jualah yang berlaku. Ketika kuncup itu layu sebelum mekarnya, begitulah ia semestinya.
Sebagaimana dirimu wahai saudari seiman, yang tak kukenal nama dan wajahnya, takdirmu berjalan atas kehendakNya. Di hari yang semestinya kau tersenyum bahagia dan berdiri anggun dalam balutan gaun pengantin menjamu para undangan, tak satu pun manusia yang mengira bahwa itulah hari terakhirmu di dunia. Hari pengantinmu berubah menjadi hari kematian, yang tak dihujani tangis bahagia melainkan oleh tangis kesedihan yang perih bagi setiap hati. Dalam pandangan manusia umumnya, itu buruk sekali. Bagi mereka yang tak mengimani, akan disebutnya sebagai nasib yang celaka. Namun mengapa kepergianmu berhujan doa-doa dari kami yang tak mengenalmu? Kesedihan turut melingkupi seolah engkau kami kenal sekali. Berharap inilah takdir terbaik untukmu, berharap agar di sana engkau mendapat ganti atas kehilanganmu di dunia.
Selamat jalan, saudari seiman yang telah mengingatkan kami akan kematian. Menyadarkan kami akan hakikatnya kehidupan. Kepergianmu mengajarkan bahwa ketetapanNya melampaui harapan manusia, melampaui keinginan manusia.
0 comments