24:26
April 08, 2024
Suara itu terdengar berat, sedikit bergetar, saat sesi tanya jawab di akhir materi yang disampaikan oleh seorang ustadz. Jawaban beliau begitu tegas.
"...cerai...."
Ketika seorang suami yang terkesan agamais, namun ternyata telah berulangkali selingkuh di usia pernikahan yang cukup lama. Hingga di kehamilan sang isteri yang ke sekian kali, masih saja mengulangi, dengan alibi godaan setan. Ustadz menyarankan, dengan menegaskan bahwa itu juga pendapat pribadinya, untuk memilih berpisah dari suami yang tak juga berhenti dari maksiat, sedang ia bukan awam perihal syariat.
"Saya khawatirnya itu talbis iblis..."
Berulangkali terjatuh pada kesalahan yang sama, bukannya mencela diri dan berhenti tapi justru mencari alibi. Benar, ada peran setan di setiap kemaksiatan, tapi manusia memiliki akal dan kesadaran untuk mengenali kebaikan dan keburukan, lalu memilih mengikuti atau menghindari.
Si penanya lalu menanyakan relevansi surah An Nur ayat 26 dengan apa yang dialami oleh sang isteri pada permasalahan tersebut. Dan ustadz menjawab,
"Kadang-kadang begitu, kita baru tahu hakikat (keburukan) pasangan setelah menikah...."
Boleh jadi ada orang yang baik-baik tetapi menikah dengan pasangan yang sebaliknya, lalu pelanggaran syariat salah satu pihak menyebabkan perceraian, menunjukkan bahwa mereka bukan cerminan jodoh masing-masing, mungkin hadirnya adalah ujian. Wallahu a'lam.
"... Jika di negara (berhukum) Islam, ya sudah selesai..." Ustadz lebih lanjut menegaskan, mengenai anjuran memilih cerai tadi. Bahwa, hukuman bagi orang yang melakukan zina dan statusnya menikah adalah hukum rajam.
Ketika Allah telah memberinya yang halal, lalu memilih menempuh cara yang haram, rajam adalah hukuman yang Allah tetapkan. Hukuman yang paling adil.
***
Hm... Kabar perselingkuhan, perzinahan, yang semakin marak dan memenuhi jagat maya, seolah membenarkan semakin dekatnya akhir zaman. Hanya iman yang menjadi penjaga, membentengi setiap insan dari celah-celah kemaksiatan ini. Seseorang yang berselingkuh tidaklah serta merta melakoninya di saat itu juga. Ada rentetan pelanggaran syariat yang menjadi pengantarnya. Ada langkah-langkah setan yang ditempuhnya satu demi satu, sebelum terjatuh pada kata "selingkuh"/"zina".
Mungkin berawal dari mata yang tak terjaga, memandang kepada yang tak halal baginya, entah di dunia maya atau dunia nyata. Mungkin berawal dari canda dan chatingan yang tidak seharusnya, antara lawan jenis yang bukan mahramnya. Mungkin karena seringnya berinteraksi dengan alat komunikasi lainnya, yang lebih dari keperluan. Ikhtilat (bercampur baur antara pria dan wanita), khalwat (berduaan), dan seterusnya, dan seterusnya.
Kesimpulannya, orang yang terjatuh dalam perbuatan zina/perselingkuhan, adalah mereka yang tidak mematuhi rambu-rambu pergaulan di antara pria dan wanita, tidak menjaga batasan interaksi di antara dua insan yang bagai dua kutub magnet ini.
***
*sudut bumi Arung Palakka
#umminya Dzaakirah
#umminya Thufail
0 comments